Minggu, 31 Maret 2013

"Kacamata hitam untuk ujung kaki"

Ada sebuah kisah sederhana siang ini yang membuat saya tersenyum. Semua berawal ketika saya harus kembali mengendarai motor, padahal baru saja sampai di rumah. Saya harus menyusul ke tempat makan, sementara keadaan fisik saya sedikit tidak bersahabat dan cuaca Semarang yang mendung tetapi tetap saja sesekali matahari menyengatkan sinarnya.

Mengendarai motor bukan hanya helm yang digunakan, tetapi banyak orang termasuk saya selalu menggunakan penutup hidung, kaus kaki (bila hanya menggunakan sandal) dan sarung tangan. Kali ini yang tidak saya gunakan adalah kaus kaki.
Walaupun cuaca siang tadi mendung, beberapa wilayah termasuk kawasan rumah matahari sepertinya enggan ditutupi awan. Biasanya, kalau sudah begini, kulit yang tidak terlindungi akan merasakan sengatan terik matahari.

Saat menunggu giliran melaju, saya sempat bertanya dalam hati, "Kayaknya terik, tapi kok kaki rasanya seperti biasa yaa..." (sambil melihat keatas)
Sontak, saya menyadari ada kacamata hitam yang berada tepat didepan mata saya, dengan tambahan kaca helm yang tidak transparan. Saya pun menyadari satu hal, kacamata saya ternyata punya pengaruh hingga ujung kaki saya. Cuaca terik, tetapi mata saya mendapat kesan sangat mendung dari kacamata dan kaca helm yang saya gunakan.

Hal sederhana yang kemudian kembali mengingatkan saya, bahwa apa yang saya pakai untuk melihat akan punya pengaruh, bukan hanya pada apa yang saya pikirkan tetapi juga apa yang saya rasakan. Dampaknya tetap sama, bahwa kaki saya akan belang karena tidak menggunakan kaus kaki tetapi cukup membantu saya  untuk tidak perlu berkali-kali menarik nafas dengan sedikit keluhan karena sengatan matahari.

Begitu pun kira-kira dalam hidup sehari-hari, mungkin dampaknya akan tetap sama tetapi paling tidak kita bisa lebih mengurangi rasa akan sengatan dengan apa yang kita taruh tepat didepan mata dan "lupakan" sejenak bagaimana sebelumnya. Lalu biarkan kesan yang ditangkap mata itu tidak dipengaruhi oleh kenyataan, walaupun mungkin akan tetap sama hasilnya. 

"Belajarlah kendalikan pikiranmu (dirimu sendiri) sehingga tidak perlu mencobai dirimu sendiri. Lalu bertanya 'kenapa' pada Tuhan dan menguntungkan setan karena selanjutnya tidak perlu dia bekerja keras untuk mempengaruhi pikiranmu demi merusak hatimu" (NH)

Ini cerita saya hari ini, apa ceritamu :p , hehehehe...
berharap ini menjadi awal pemacu saya kembali menulis untuk berbagi cerita lagi

^__^